Tak kutemukan lagi apa artinya diriku bagimu. Tak kurasakan lagi tatapan mata yang dulu. Rasa sayang itu, sebesar itu. Kini telah pudar, dan makin pudar, sampai nanti habis sudah rasa yang kauberi itu tak bersisa. Kau bilang masih butuh aku, untuk apa?
Aku tahu, ada yang berbeda darimu. Mungkin kau jenuh, kau bosan. Kau tak lagi cintai aku seperti dulu. Kau makin sepelekan aku. Aku tahu aku banyak salah, tapi haruskah kamu siksa aku?
Benar-benar, aku tak ada artinya lagi. Tuan, jika bosan katakanlah. Tinggalkan aku, sungguh, tak apa. Jangan tetap berada disampingku, lalu kau tinggalkan aku lagi nanti. Aku hidup cuma sekali, tapi harus sampai berapa kali lagi aku harus merasakan kehilanganmu? Tarik lalu ulur, diangkat lalu dijatuhkan. Kau perlakukan aku dengan semena-mena. Dan kau masih tetap dipenuhi pikiran akan kesalahan-kesalahanku yang menyakiti hatimu. Jadi seperti ini kamu membalas sakitnya?
Jangan katakan kau butuh aku atau kau sayang aku, kalau ternyata semua itu hanya akan berlangsung sementara, ketika kau kembali lantas kau tinggalkan aku lagi dan lagi. Aku hanya inginkan keseriusan, mampukah kamu? Sanggupkah kamu melawan semua hal ini? Simpan aku selamanya, atau tinggalkan aku dan jangan kembali. Tuan, ini sungguh berat rasanya, sudah berapa kali aku ingin menyerah? Aku tak tahu apa rasanya jadi kamu, tapi ingat ini: engkau pun tak tahu apa rasanya jadi aku. Bagaimana semua ini pengaruhi hidupku? Aku hancur perlahan. Apa kau juga sama?
Aku ini apa? Apakah aku mirip boneka yang bisa kau mainkan sesukamu? Dimana kamu perlakukanku semaunya. Dimana aku harus selalu turuti tiap-tiap perintahmu, kau kendalikan aku. Boneka, yang akan segera dibuang ketika kau tak lagi membutuhkannya. Aku tak mengerti jalan pikirmu, sungguh. Apa yang kau inginkan dariku?
Kau sudah dapat semua jawaban dari otakmu yang penasaran. Kau cari jawabannya, setelah kau temukan dari diriku, kau serap semuanya sampai habis tak tersisa. Kini aku benar-benar sudah nol.. Aku nol besar, tidak ada lagi yang ingin kamu ketahui dariku, semua rasa penasaranmu terjawab sudah. Apalagi yang menarik dariku?
Sungguh, jangan kembali jika apa yang akan kita lalui hanya akan jadi sementara lagi. Sungguh, aku sudah tak yakin lagi akan dirimu. Bukan tentang apa yang sudah lewat, atau saat ini, tapi akan masa depan. Masa depan kita. Dulu kita bilang, masa depan masih abu-abu, bisa ya, bisa tidak tentang akankah kita bersama. Tapi setelah selama ini, aku seakan dibukakan mata, bagaimana adanya jurang diantara kita. Sampai, aku tak lagi lihat abu-abu itu. Aku tak lihat apa-apa akan masa depan kita. Tak ada harapan. Kamu takkan kuat bersamaku, kamu akan tinggalkan aku. Lalu sekarang apa yang bisa kulakukan?
Aku...hanya bisa menunggu, menunggu dibuang, cepat atau lambat, ketika kau tak lagi butuhkanku.
.
.
.
Karna ketika boneka sudah lama usang dan rusak, sang pemilik akan bosan dan membeli boneka baru.